Seni Musik

Showing posts with label Seni Musik. Show all posts
Showing posts with label Seni Musik. Show all posts
Seperti sudah dijelaskan pada artikel terdahulu, untuk mengetahui tinggi not (nama not) kita harus tahu letak not tersebut dalam paranada. Oleh karena itu, pengetahuan tentang nama garis-garis dan spasi-spasi paranada juga penting. Selain itu, kita juga harus mengenal kunci paranada dalam notasi musik. Dalam musik dikenal tiga macam kunci paranada, yakni kunci G, kunci F, dan kunci C. Kunci paranada akan menjadi penentu bagi nada-nada yang terdapat pada paranada.


Not yang terletak pada garis kedua dinamai not G.


Not yang terletak pada garis keempat dinamai not F.

Not yang terletak pada garis ketiga dinamai not C.

Marilah kita bahas tangga nada dengan menggunakan kunci G terlebih dahulu. Kunci F dan kunci C kita bicarakan kemudian karena sebenarnya kunci F yang menampung nada-nada rendah. Oleh karenanya, kunci F disebut juga kunci Bas, yang sebenarnya hanya kelanjutan ke bawah dari paranada kunci G. Di antara keduanya, terletak paranada kunci C yang juga disebut kunci Celo atau Alto. Kunci G sendiri disebut kunci Biola atau Treble.

Jadi, letak not pada-paranada kunci G adalah sebagai berikut, not G terdapat pada baris kedua, maka not yang terletak di bawah not G atau pada spasi pertama adalah not F. Di bawahnya lagi, pada baris pertama adalah not E. Demikian berturut-turut sampai yang paling bawah. Begitu pula dengan not yang terletak di atas not G atau di spasi kedua paranada adalah not A. Di atasnya lagi, pada baris ketiga adalah not B. Di spasi ketiga not C. Pada baris keempat terletak not D. Di atasnya lagi, pada spasi keempat terletak not E dan yang terletak pada baris kelima adalah not F.

Secara berurutan ... C, D, E, F, G, A, B, C .. . nada yang disusun bertingkat-tingkat dari yang paling rendah ke yang paling tinggi dalam sistem tertentu disebut sebagai tangga nada. Penyusunan nada dalam tangga nada didasarkan atas jarak nada tertentu. Antara nada yang satu dengan nada yang lain ada yang berjarak 1 nada, ada pula yang berjarak Yi nada. Jarak, yang dalam hal ini lazim disebut sebagai interval, inilah yang akan menentukan kemungkinan variasi nada dan jenis tangga nada.

Deretan nada dari C sampai dengan B disebut oktaf. Demikian pula urutan-urutan nada-nada yang lebih rendah atau lebih tinggi. Maka, sebagai batasan, perlu dijelaskan di sini tentang adanya nama mutlak dari suatu nada. Perhatikan susunan nada dengan nama mutlak menurut tingkat oktafnya.

Susunan nada menurut tingkat oktafnya.

Oktaf 

Nama Mutlak Nada


Oktaf 4 

C4 - D4 - E4 - F4 - G4 - A4 - B4


Oktaf 3 

C3 - D3 - E3 - F3 - G3 - A3 - B3


Oktaf 2 

C2 - D2 - E2 - F2 - G2 - A2 - B2


Oktaf 1 

Cl — D1 — E1 - F1 — G1 — Al — B1


Oktaf Kecil 

C-D-E-F-G-A-B


Oktaf Besar 

C-D-E-F-G-A-B


Oktaf Contra 

C1 - D1 - E1 - F1 - G1 - A1 - B1


Oktaf Sub Contra 

C2 - D2 - E2 - F2 - G2 - A2 - B2


Di dunia musik dikenal dua macam tangga nada, yaitu tangga nada diatonis dan tangga nada pentatonis.


a. Tangga nada diatonis

Istilah diatonis berasal dari kata dia yang berarti dua dan tonis yang berarti hal yang berhubungan dengan nada. Disebut demikian karena dalam sistem tangga nada diatonis terdapat tujuh nada yang bila dirinci terdapat lima nada berjarak sama dan dua nada berjarak setengahnya. Dengan demikian, tiap nada utuhnya masih dapat dibagi lagi menjadi dua semi tone (setengah nada).

Tangga nada diatonis terdiri atas tujuh nada yang berinterval satu dan setengah nada. Musik modern dari Eropa umumnya menggunakan tangga nada diatonis ini. Tangga nada diatonis terbagi menjadi dua, yaitu tangga nada mayor dan tangga nada minor.





Sekilas tidak jauh berbeda antara susunan tangga nada diatonis mayor dan minor. Seolah-olah hanya dibedakan oleh awal dan akhir nada pada susunan tangga nada tersebut. Tangga nada mayor diawali dengan nada c atau do, sedangkan tangga nada diatonis minor diawali dan diakhiri dengan a atau la. Namun, sebenarnya jika dimainkan pola tangga nada keduanya, akan terasa berbeda. Susunan tangga nada mayor akan menimbulkan kesan riang, bahagia, dan bersemangat. Sementara susunan tangga nada minor akan menimbulkan kesan sedih dan suasana haru.

Tangga nada diatonis minor masih memiliki dua variasi lagi, yaitu tangga nada minor melodis dan tangga nada minor harmonis. Susunan tangga nada minor melodis adalah sebagai berikut.


nada ke tujuh, yaitu 5 (sol) dinaikkan '/2 nada menjadi 5 (sel).

Sementara susunan tangga nada minor harmonis adalah sebagai berikut:


Agar lebih mudah dipahami, coba bandingkan susunan tangga nada diatonik di atas dengan susunan nada dalam piano, organ, atau pianika.



Susunan nada dalam piano, organ, atau pianika jelas menggambarkan susunan tangga nada diatonis yang menggunakan susunan interval 1 - 1 - V2 - 1 - 1 - 1 - V2. Akan tetapi, jika seorang komponis menggubah lagu baik untuk suara manusia (vokal) maupun untuk instrumental, dan angkauan nada dalam komposisi lagu tersebut mungkin terlalu rendah atau terlalu tinggi, maka lagu tersebut dapat disajikan dengan mengubah nada dasar. Marilah kita mempelajari cara mengubah nada dasar dalam tangga nada mayor dan minor.

Nada dasar dalam tangga nada diatonis mayor yang natural adalah C. Nada dasar natural ini lazim disebut dengan do = C. Perhatikan susunan tangga nada berikut.

Nada pertama dari tangga nada di atas adalah nada do (1). Nada atau not tersebut kita sebut sebagai nada dasar.

Ada dua cara mengubah nada dasar, yaitu dengan menaikkan V2 nada pada nada yang berinterval V2 pada tangga nada natural. Sering juga disebut dengan memberikan 1 (satu) tanda kres (#) dan dengan menurunkan nada dengan memakai tanda mol (b).

Tanda mula dengan kres

Tanda mula berkaitan dengan nada dasar. Cara menentukannya adalah berdasarkan urutan tangga nada natural. Urutan tangga nada natural dianggap sebagai bernada dasar 1 = C (do sama dengan C) tidak ada kresnya. Untuk nada dasar selanjutnya, dipakai patokan nada kelima dari urutan nada tersebut. Maka, nada dasar berikutnya adalah 1 = G dengan satu kres, dan seterusnya. Perhatikan tabel berikut.


Tanda Mula dengan Mol

Hampir sama dengan tanda mula dengan kres, cara menentukan urutan tangga nada dengan mol juga dengan berdasarkan urutan tangga nada naturai. Urutan tangga nada natural dianggap sebagai bernada dasar 1 = C (do sama dengan C) tidak ada molnya. Untuk nada dasar selanjutnya, dipakai patokan nada keempat dari urutan nada tersebut. Maka, nada dasar berikutnya adalah 1 = F dengan satu mol, dan setrusnya. Perhatikan tabel berikut!


b. Tangga Nada Pentatonis

Berbeda dengan tangga nada diatonik yang lebih banyak digunakan untuk musik modern dari Eropa, termasuk instrumen-instrumen musiknya, tangga nada pentatonis atau sering disebut sebagai tangga nada nondiatonik lebih banyak digunakan pada musik tradisional atau musik etnik. Petatonis berasal dari kata penta yang berarti lima dan tonis yang berarti hal yang berhubungan dengan nada. Disebut demikian karena jumlah nada dalam satu oktaf sistem ini terdiri dari lima nada, walaupun dalam gamelan pelog terdapat tujuh nada. Dalam gamelan, susunan nada dengan interval tertentu dalam satu oktafnya disebut sebagai laras.

Di Indonesia, tangga nada pentatonik dijumpai dalam musik gamelan, baik Gamelan Jawa, Gamenlan Bali, maupun Gamelan Sunda. Gamelan memiliki dua sistem laras, yaitu Laras Slendro dan Laras Pelog.

Agar dapat bernyanyi dengan baik, seyogianya kamu mampu membidik nada. Dengan mampu membidik nada, kamu akan dapat bernyanyi dengan suara yang tepat dan tidak sumbang. Kemampuan inilah yang lazim disebut pitch control. Agar memiliki kemampuan ini, kamu harus menguasai tinggi rendahnya nada. Setelah itu, akan lebih baik jika kamu mampu pula membaca not karena nada-nada lagu itu ditulis dalam bentuk not.
1.

Nada.


Seperti yang telah diuraikan di atas, musik adalah seni yang berhubungan dengan bunyi, maka bunyi menjadi unsur paling penting dalam seni musik. Ada bunyi yang enak didengar karena indah. Bunyi seperti ini membuat kita nyaman. Akan tetapi, ada pula bunyi yang teramat mengerikan. Tentu bunyi seperti ini membuat kita merasa tidak nyaman, bahkan seperti berada di bawah ancaman. Beruntunglah bahwa indra pendengaran manusia dapat memilah-milah dan memusatkan perhatian hanya pada bunyi-bunyi tertentu yang menarik minat saja. Sementara bunyi-bunyi lain yang tidak berarti kita abaikan.

Seni musik berusaha merangkai bunyi-bunyian dengan struktur nada tertentu sehingga membentuk sistem tertentu. Struktur nada itu didasarkan pada tinggi rendahnya nada (pitch), kuat lemahnya nada (dinamik), dan warna nada (timbre).

Bunyi dihasilkan oleh getaran suatu benda. Ilmu fisika menjelaskan bahwa bunyi berupa gelombang yang dihasilkan oleh getaran suatu benda. Ilmu fisika juga menjelaskan bahwa tinggi rendahnya nada ditentukan oleh jumlah getar tiap detik (frekuensi) dari benda yang bergetar yang semakin rendah frekuensi getarnya, semakin rendah pula nadanya. Sebaliknya, semakin tinggi frekuensinya, semakin tinggi pula nadanya. Dua buah nada yang berbeda tingginya akan terdengar berbeda bila dibunyikan secara bersama-sama. Jarak antara satu nada dengan yang lainnya disebut interval nada. Namun, jika nada rendah dan tinggi yang dibunyikan bersama-sama tetapi kedengaran sama nadanya kedua nada itu berarti dipisahkan oleh interval sejauh satu oktaf, demikian seterusnya.

Frekuensi untuk tiap nada bersifat tetap dan berlaku di seluruh dunia. Setiap nada dalam tangga nada memiliki jarak ketinggian yang teratur. Manusia normal hanya dapat mendengarkan bunyi yang berfrekuensi anatar 20 Hz sampai dengan 20.000 Hz. Bunyi dalam batas frekuensi tersebut disebut bunyi audiosonik yang berfrekuensi di bawah 20 Hz disebut infrasonik dan di atas 20.000 Hz disebut ultrasonik. Bunyi infrasonik dan ultrasonik tidak dapat ditangkap oleh pendengaran manusia.

Sebenarnya jumlah nada yang dapat didengar manusia sangat banyak tetapi, musik hanya mengambil sebagiannya saja untuk diolah menjadi sajian musik yang indah. Sebuah nada yang berfrekuensi 440 Hz dipakai dalam musik, tetapi nada-nada lain yang berfrekuensi 441 Hz, 442 Hz, 443 Hz, sampai dengan 465 Hz tidak dipakai. Barulah pada nada yang berfrekuensi 466 Hz kita pakai sebagai nada terdekat dengan nada sebelumnya.

Oktaf sangat penting dalam musik karena merupakan interval nada pertama dan terakhir dari suatu tangga nada yang paling banyak digunakan saat ini dalam sistem tangga nada diatonis. Tangga nada tersebut terdiri atas tujuh nada sebagai basis musik dari kebudayaan barat sejak berabad-abad yang lalu. Namun dalam perkembangannya, tujuh nada tadi ditambah dengan lima nada sehingga keseluruhannya menjadi dua belas nada dalam satu oktaf. Pada musik non-Barat atau yang disebut dengan tangga nada nondiatonis, lazim pula disebut juga sebagai tangga nada pentatonis, satu oktaf dapat mengandung lebih banyak nada, sampai mencapai dua puluh lima nada.


Interval nada terendah dan tertinggi yang mungkin dicapai oleh suara manusia atau alat musik disebut jangkauan nada. Piano, misalnya, memiliki jangkauan lebih dari tujuh oktaf. Suara laki-laki dan wanita sebenarnya memiliki jangkauan yang berbeda satu oktaf.

Jika disusun sebuah pola, susunan nada dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi akan membentuk tangga nada. Tangga nada itu secara berjenjang membentuk oktaf. Frekuensi masing-masing nada ditetapkan dengan aturan tertentu untuk memudahkan sistem tangga nada. Nada A natural yang dalam notasi angka diberi lambang 6 (la) memiliki frekuensi 440 Hz. Sebagai patokan, kita dapat menggunakan alat pembidik nada yang dinamai garpu tala. Garpu tala memiliki frekuensi tetap yang setinggi dengan nada A (la) natural.

Jika nada a adalah 440 Hz, berapakah frekuensi nada-nada lainnya? Cara menentukannya adalah dengan patokan perbandingan interval sebagai berikut:
Dengan model perbandingan seperti ini, dapat diketahui frekuensi nada-nada yang lain. Sebagai contoh, mari kita cari berapa frekuensi nada c! Ikuti cara berikut :
Dengan model di atas, silakan kalian tentukan frekuensi nada-nada yang lain.

Meskipun musik dinikmati dengan alat pendengaran, namun setelah manusia mulai mengenal tulisan, lagu pun dapat dikenali lewat tulisan. Berbeda dengan bentuk komunikasi bahasa biasa yang penulisannya dengan huruf, musik dikenali dengan notasi musik. Notasi musik adalah sistem penulisan lagu, sedangkan satuan nada dalam penulisan musik disebut not. Dengan notasi kita dapat mengenal, membaca, dan menyanyikan sebuah komposisi musik. Bahkan, kita dapat menuliskan kembali komposisi musik yang telah kita kenal. Dengan demikian, notasi merupakan perwujudan dari sebuah komposisi musik, sedangkan not merupakan perwujudan dari nada. Jika nada dapat didengar, maka not dapat dilihat. Jadi, tidak mengherankan bila not disebut pula sebagai lambang nada.



1)Not angka



Ada dua cara menuliskan not, yaitu dengan not angka dan not balok. Penulisan nada atau notasi musik dengan not angka adalah cara melambangkan nada dengan lambang angka. Angka yang digunakan adalah angka 1 sampai dengan 7. Untuk nada yang lebih rendah atau yang lebih tinggi, tinggal mengulang simbol yang sama. Hanya untuk yang lebih rendah, diberi titik di bawahnya dan untuk nada yang lebih tinggi diberi titik di atasnya. Jadi, urutannya sebagai berikut.
Pelambangan nada dengan not angka sering disebut dengan doremisasi dan selanjutnya lebih lazim disebut solmisasi.
Perhatikan contoh teks lagu berikut.
Notasi musik dengan not angka cukup mudah, terutama untuk menuliskan komposisi musik yang sederhana. Komposisi lagu yang hanya berupa melodi dan syair pokok saja masih dapat disajikan dalam notasi not angka. Namun, jika notasi musik itu sudah berupa komposisi aransemen untuk penyajian yang lebih besar seperti orkestra, akan terlalu rumit bila dituliskan dengan not angka.

Tinggi rendahnya nada dalam notasi angka sangat relatif. Artinya, suatu simbol tertentu, misalnya not 1 (do) dapat benar-benar mewakili nada setinggi nada 1 (do) atau C murni (natural), tetapi dapat pula mewakili nada yang lebih rendah atau lebih tinggi. Oleh karena itu, dalam notasi musik dengan not angka, harus selalu dilengkapi dengan penulisan nada dasar. Penulisan nada dasar itu dimaksudkan untuk mengetahui tinggi nada 1 (do) tersebut bila dinyanyikan. Sebagai contoh, lagu yang ditulis dengan nada dasar 1 = C berarti tiap nada 1 harus dinyanyikan setinggi nada C (natural). Demikian pula dengan lagu yang ditulis dengan nada dasar 1 = G, berarti tiap nada 1 (do) harus dinyanyikan dengan nada setinggi dengan nada G.


2)Not Balok



Dalam notasi musik, not-not balok ditempatkan di dalam balok not yang lazim disebut sebagai paranada. Paranada berupa 5 garis mendatar dengan jarak yang sama yang mengapit 4 spasi. Perhatikan gambar berikut.
Kegunaan paranada ialah untuk menempatkan not-not balok sesuai dengan sifat-sifat nada yang dilambangkannya. Not yang rendah ditempatkan dalam paranada yang rendah, sedangkan nada yang semakin tinggi ditempatkan di paranada yang semakin tinggi.

Membaca paranada harus dari bawah. Jika kalian menempatkan not di garis ketiga, maksudnya adalah garis ketiga dari bawah. Demikian pula jika kalian menempatkan not dalam spasi keempat, maksudnya adalah spasi keempat dari bawah.

Garis dan spasi dalam paranada sama-sama dipergunakan untuk menulis not. Not yang ditempatkan di garis paranada disebut sebagai not garis, sedangkan not yang ditempatkan di dalam spasi paranada disebut sebagai not spasi.

Setiap paranada terbagi-bagi oleh garis tegak lurus menjadi ruas-ruas yang lebih sempit. Ruas seperti itu disebut sebagai ruas birama atau cukup disebut sebagai birama. Garis tegak lurus yang membatasi birama disebut garis birama. Garis birama tingginya harus sama dengan tinggi paranada. Selain ditempatkan dalam paranada, garis birama juga ditempatkan pada akhir notasi musik sebagai penutup. Birama penutup berupa garis ganda tipis dan tebal. Perhatikan gambar di bawah ini.
Not balok merupakan simbol nada yang berupa gambar bulatan, bulatan berekor, bulatan berbendera, seperti bentuk kecambah. Di antaranya seperti berikut ini.
Marilah kita amati not-not di atas. Ada not yang hanya berupa bulatan, tetapi ada pula not yang berupa bulatan dan bertangkai. Sebuah not terdiri dari kepala not, tangkai not dan bendera not.

Jika sebuah not dituliskan pada paranada, maka bulatan atau kepala not besarnya kira-kira sama dengan lebar spasi paranada. Sedangkan panjang tangkainya kira-kira dua setengah kali lebar spasi paranada. Ada yang tangkainya mengarah ke atas. Mengenai arah tangkai not, berlaku ketentuan sebagai berikut.





a)
Jika kepala not terletak di atas garis ketiga, tangkai not harus mengarah ke bawah.



b)
Jika kepala not terletak di bawah garis ketiga, tangkai not harus mengarah ke atas.



c)Jika kepala not terletak pada garis ketiga, tangkai not dapat mengarah ke atas atau



d)Jika kepala not berderet pada tingkat yang sama, tangkai notnya harus searah.


3)Nilai not.
Dilihat dari nilainya, ada beberapa macam not. Harga not mempengaruhi panjang pendeknya nada (durasi). Perbedaan harga not ditandai dengan perbedaan bentuk not. Perhatikan gambar di atas! Harga not juga mempengarui ketukan dalam sebuah birama.
Dalam notasi angka, tanda titik (.) memiliki nilai yang sama dengan not yang lain. Namun, dalam not balok, tanda titik (.) di belakang not
bernilai setengah dari not tersebut, sehingga jika ada not d. berarti not tersebut bernilai 2 + 1=3 ketuk.


4)
Bendera not dan garis bendera. Not yang bernilai kurang dari 1 ketuk seperti not 1/8, 1/16, dan yang lebih kecil lagi, dilambangkan dengan not yang berbendera. Makin kecil nilai not makin banyak benderanya.

Namun, beberapa not berbendera, khususnya dalam notasi musik instrumentalia, seringkali dihubungkan menjadi satu dengan menggunakan garis lurus. Garis tersebut mewakili bendera not. Oleh karena itu, disebut juga sebagai garis bendera. Jumlah garis bendera pun sama dengan jumlah bendera not. Jika yang dihubungkan adalah not-not yang berbendera satu, garis benderanya pun satu. Namun, jika yang dihubungkan adalah not-not yang berbendera dua, garis benderanya pun dua.
Ketentuan pemakaian garis bendera:



a)
Garis bendera ditarik dari tangkai not pertama sampai not terakhir yang dihubungkan dengan garis bendera.



b)Jika ada not yang berlawanan arah tangkainya, harus ada not yang mengalah. Not yang dimenangkan adalah arah tangkai not yang terjauh dari garis ketiga.



c)Pada not yang sama jaraknya dengan garis ketiga, kita bebas menetapkannya. Bisa sama-sama ke atas atau sama-sama ke bawah



d)Dengan alasan teknis, pada notasi musik instrumentalia dapat diterapkan aturan yang berbeda. Perhatikan contoh di bawah ini!







Namun demikian, pemakaian garis bendera tergantung dari ada atau tidak adanya teks lagu. Pada notasi melodi yang memakai teks lagu, ditetapkan ketentuan sebagai berikut:
a)Jika teks lagu ditulis dalam bentuk silabis, yakni tiap not hanya mewakili atau suku kata, not-not bendera dibiarkan tetap.
b)Jika teks lagu ditulis dalam bentuk melismatis, yakni jika dua not atau lebih dituliskan hanya untuk satu suku kata, maka bendera diganti dengan garis bendera.
Teruskan Membaca dan Menulis Not Angka, Not Balok
Teknik Vokal, Paduan Suara, Vocal Group, Jenis Suara ManusiaSelain disajikan secara unisono, lagu juga dapat dibawakan secara bersama-sama dengan lebih dari satu suara. Penyajian demikian disebut sebagai vokal grup dan paduan suara. Kita mengenal paduan suara dengan jenis vokal yang sama (vokal anak-anak semua, vokal perempuan semua, atau vokal laki-laki semua), dan ada pula paduan suara dengan jenis vokal campuran (anak-anak dan dewasa, laki-laki dan perempuan). Dalam mengaransemen lagu untuk keperluan paduan suara ini, jenis vokal sangat perlu mendapat perhatian. Tujuannya adalah agar nada-nada yang digunakan sesuai dengan jangkauan (ambitus) nada penyanyinya dan dihasilkan paduan suara yang harmonis, yang juga tidak kalah pentingnya adalah penerapan prinsip-prinsip akor.

Vokal grup biasanya terdiri dari tiga sampai dengan delapan orang yang menyanyikan lebih dari satu suara. Kemudian, ada paduan suara kecil yang anggotanya dua belas sampai dengan dua puluh empat orang dan paduan suara lebih dari itu.



Bernyanyi dengan banyak suara atau vokal grup harus memperhatikan harmoni atau keselarasan. Sebagai latihan, bernyanyi dengan banyak suara dapat dilakukan dengan berbagai teknik, di antaranya akapela, kanon, dan vokal grup atau paduan suara.

1.    Bernyanyi dengan Teknik Akapela
  
Akapela adalah bernyanyi dengan banyak suara tanpa iringan instrumen musik. Meskipun demikian, di antara para vokalis tersebut ada yang bertugas menyuarakan nada-nada melodis dan ada yang menyuarakan nada-nada ritmis dan harmonis. Vokal melodis adalah vokal yang memainkan melodi lagu dan mengucapkan liriknya, sedangkan vokal ritmis dan harmonis adalah vokal yang memainkan irama. Vokal yang memainkan nada-nada ritmis. Misalnya mengucapkan bunyi-bunyi seperti suara drum, tamborin, atau gendang.


2.    Bernyanyi dengan Teknik Kanon

Bernyanyi dengan teknik kanon adalah bernyanyi susul-menyusui. Dalam teknik ini, terdapat dua kelompok yang akan menyanyikan bait lagu dengan cara susul-menyusul. Misalnya, dalam kelas yang terbagi dalam dua kelompok, mereka akan membawakan lagu "Burung Hantu" dengan teknik berikut ini.

Kelompok : Matahari terbenam hari mulai malam
Kelompok : Matahari terbenam hari mulai malam
Kelompok : terdengar burung hantu suaranya merdu
Kelompok : terdengar burung hantu suaranya merdu
Kelompok : ku ku ku ku ku ku ku ku ku ku
Kelompok : ku ku ku ku ku ku ku ku ku ku

3.  Bernyanyi dengan Vokal Grup dan Paduan Suara

Jika disajikan dalam bentuk solo dan unisono, sebuah lagu dapat dibawakan dengan satu suara dengan diiringi instrumen tanpa perlu penggarapan lebih lanjut. Akan tetapi, jika lagu tersebut disajikan dalam bentuk yang lain seperti duet, trio, kuartet, vokal grup, atau paduan suara, tentu diperlukan penggarapan berupa aransir untuk menciptakan harmoni yang indah. Untuk itu, diperlukan pengetahuan tentang interval dan akor.

Dalam paduan suara, kita mengenal paduan suara dengan jenis vokal yang sama (vokal anak-anak semua, vokal perempuan dewasa semua, atau vokal laki-laki dewasa semua), dan ada pula paduan suara dengan jenis vokal campuran (anak-anak dan dewasa, laki-laki dan perempuan). Oleh karena itu, untuk mengaransir lagu keperluan paduan suara, jenis vokal sangat perlu mendapat perhatian. Tujuannya adalah supaya nada-nada yang digunakan sesuai dengan jangkauan nada penyanyinya.

JENIS SUARA MANUSIA

Pembagian jenis suara manusia ditentukan berdasarkan jangkauan nada yang mampu dicapai. Ada orang yang dapat mencapai nada-nada tinggi, tetapi ada pula yang hanya mampu menjangkau nada-nada rendah sampai sedang. Kemampuan manusia menjangkau nada-nada itu disebut sebagai ambitus.

Ambitus anak-anak dan orang dewasa berbeda sehingga suara anak-anak juga berbeda dengan suara orang dewasa. Berikut pembagian jenis suara manusia berdasarkan ambitusnya.

1. Anak-anak
Suara anak-anak dibedakan menjadi dua, yaitu suara tinggi dan suara rendah.

2. Dewasa
Suara orang dewasa dibedakan menurut jenis kelaminnya. Suara perempuan dibedakan menjadi tiga macam, yakni sebagai berikut.

a. Sopran (tinggi)
Suara sopran adalah jenis suara wanita dengan ambitus tinggi. Suara sopran mampu menjangkau antara nada C4 sampai G5.

b. Mezosopran (sedang)
Suara mezosopran adalah jenis suara wanita dengan ambitus sedang. Jangkauan nada suara mezosopran berada antara suara alto dan sopran, yaitu antara A3 sampai A5.

c. Alto (rendah)
Suara alto merupakan jenis suara wanita dengan ambitus rendah. Jenis suara ini hanya mampu menjangkau nada F sampai D2.

Suara orang dewasa pria dibedakan menjadi tiga macam juga, yaitu sebagai berikut.
a. Tenor (tinggi)
Suara tenor adalah suara pria dewasa dengan rentang ambitus yang paling tinggi. Nada yang mampu dicapai oleh penyanyi tenor adalah B sampai G1.

b. Bariton (sedang)
Suara bariton adalah jenis suara pria dewasa yang rentang ambitusnya antara nada A hingga F1.

c.  Bas (rendah)
Suara bas adalah suara pria dewasa dengan rentang ambitus rendah. Suara bas mampu menjangkau rentang nada antara E dan C1.

Dalam paduan suara, susunan suara ditentukan dengan memperhatikan harmoni yang diharapkan. Perhatikan partitur berikut.
http://www.senikary.com/2016/08/teknik-vokal-paduan-suara-vocal-group.html
Bagaimanakah cara menyanyikan lagu di atas? Ya, benar. Lagu di atas harus dinyanyikan dengan paduan suara. Coba bagi kelasmu menjadi tiga kelompok untuk menyanyikan lagu di atas dengan teknik paduan suara.

Berikutnya, perhatikan susunan vertikal nada-nadanya. Lagu di atas tersusun dalam tiga nada, bukan? Susunan vertikal tiga nada itulah yang lazim disebut akor. Apakah susunan nada-nada tersebut boleh sembarangan? Boleh saja, tetapi jika disusun sembarangan tidak akan menghasilkan nada yang selaras atau tidak harmonis. Jika tidak selaras, lagu akan terdengar sumbang atau fals.

Agar menghasilkan nada yang harmonis, susunan akor ada aturannya. Coba perhatikan susunan nada-nadanya.

a.    terdapat    susunan    nada    5-3-1,    6-3-1, 4-2-2 pada    baris pertama
b.    terdapat    susunan    nada    2-7-5    pada    baris    ketiga
c.    terdapat    susunan    nada    2-6-4    pada    baris    keempat
d.    terdapat    susunan    nada    4-2-7    pada    baris    kelima

Susunan nada tersebut jika dinyanyikan serentak akan menghasilkan suara yang selaras dan indah. Itulah yang dinamakan akor.


GERAK HARMONI DAN GERAK AKOR

Gerak akor adalah perpindahan rangkaian akor yang digunakan untuk mengiringi musik sesuai dengan pertimbangang harmoni. Dengan memperhatikan gerak akor dalam harmoni, lagu akan terdengar indah.

Harmoni berarti selaras. Keselarasan dalam lagu dihasilkan oleh hubungan yang serasi antara nada yang satu dengan yang lain secara vertikal. Untuk memahami apa yang dimaksud dengan vertikal di sini, coba perhatikan skema nada berikut.

http://www.senikary.com/2016/08/teknik-vokal-paduan-suara-vocal-group.html

Konsep susunan vertikal ini merupakan dasar musik barat yang berprinsip pergerakan bunyi menuju tonika. Sementara itu, harmoni pada musik gamelan lebih bersifat horizontal yang menekankan pada sistem nada tertentu (pelog dan slendro) dengan suasana tertentu yang ditentukan oleh pathet.

Untuk mendapatkan harmoni yang baik, kita harus memperhatikan dua unsur, yaitu interval dan akor.

1. Interval

Interval adalah jarak antara dua nada. Setiap interval dalam tangga nada dengan jarak yang berbeda diberi nama yang berbeda pula. Perhatikan susunan interval nada dalam tangga nada C mayor berikut.

Akor adalah susunan tiga nada atau lebih secara vertikal yang jika dinyanyikan secara serentak akan menghasilkan nada yang harmonis. Karena tersusun dari tiga nada utama, akor juga sering disebut sebagai trinada. Nada-nada yang dijadikan sebuah akor dimulai dari nada utama sebagai dasar akor, kemudian nada kedua berupa nada tert (nada ketiga dari nada dasar), dan nada ketiga adalah nada kuint (nada kelima dari nada dasar).

Dalam nada dasar natural akan terlihat susunan akor sebagai

http://www.senikary.com/2016/08/teknik-vokal-paduan-suara-vocal-group.html

Akor tingkat I, IV, dan V memiliki jarak interval antara nada dasar dengan nada terts-nya adalah 2 yang disebut sebagai terts besar (mayor). Misalnya, dari nada C ke E berjarak 2. Maka, akor tersebut disebut sebagai akor mayor. Akor ini digunakan dalam gerak akor utama. Oleh karena itu, disebut juga sebagai akor utama atau mayor. Nada dasar pada akor-akor II, III, dan VI memiliki interval terts kecil (minor) terhadap nada kedua. Misalnya, nada D ke F berjarak V/2. Maka akor-akor tersebut disebut sebagai akor minor.

Akor VII disebut juga akor diminished karena jarak antara nada dasar dengan nada ketiganya hanya 3 atau berupa interval kuint kurang (diminished). Akor II, III, VI, dan VII (akor minor dan akor diminished) dikelompokkan sebagai akor tambahan karena berfungsi sebagai pemanis gerak akor.

UNSUR TARI dan ELEMEN DASAR TARI

A. GERAK TARI


Tari adalah gerak tubuh secara berirama yang dilakukan di tempat dan waktu tertentu untuk keperluan pergaulan, mengungkapkan perasaan, maksud, dan pikiran. Dalam tari, gerak merupakan unsur paling utama. Gerak tari terbagi menjadi dua, gerak murni dan gerak maknawi. Gerak murni adalah gerak yang mengutamakan keindahan semata, seperti memutar pergelangan tangan, memutar kepala, dan menggetarkan bahu badan. Sementara itu, gerak maknawi adalah gerak yang memiliki maksud atau makna, seperti meniru.

Tindakan meniru ini dapat dilakukan dengan memperhatikan gerak tingkah laku manusia dengan kegiatan kesehariannya, seperti mencangkul, menanam, menuai, menebar benih, menebar jaring di laut, memukul, memanah, menghindar, dan lainnya. Semua itu dapat menjadi sumber gerak tari. Selain itu, seorang penari juga dapat meniru tingkah laku binatang atau perangainya, seperti menirukan dengan gerakan yang digayakan dengan indah burung terbang melayang di udara, kupu-kupu terbang berpindah dari bunga yang satu ke bunga berikutnya, kelinci meloncat dan seterusnya. Gerak murni dan gerak maknawi dapat dipadupadankan atau dirangkai sesuai dengan tema tarian yang akan disusun. Merangkai atau menyusun gerak tari tidak harus yang berupa gerakan yang rumit, namun cukup dengan gerak yang tampak saja.
 


B. ARAH HADAP DAN ARAH GERAK

Seorang penari harus mengerti arah hadap dan arah gerak dalam tarian. Dengan demikian, gerak tari yang diperagakan akan tampak lebih menarik dan tidak terkesan monoton karena dapat menguasai tempat atau area menari dan menghadap penonton. Arah gerak yang yang harus dikuasai tersebut adalah sebagai berikut:
  1. Arah hadap penari bisa menghadap ke depan, ke kanan, ke kiri, serong ke kanan, serong ke kiri, atau sesekali membelakangi penonton.
  2. Arah gerak penari bisa bergerak maju, mundur, ke samping, berp'utar membentuk lingkaran, zig-zag, membentuk garis-garis vertikal, horizontal, diagonal, serta garis variasi simetris atau asimetris.

C. IRAMA GERAK TARI

Irama adalah serangkaian bunyi nada-nada yang telah diselaraskan sesuai dengan maksud dan tujuan gerak tari. Dalam irama ada waktu,, yaitu suatu ukuran yang dipakai untuk mengatur lamanya tarian dan membatasi peristiwa dari awal sampai akhir menari.

Waktu dalam gerak tari dibagi menjadi dua yaitu, tempo gerak dan irama gerak. Tempo gerak adalah waktu ketika memulai sampai menyelesaikan suatu gerakan (durasi). Irama gerak adalah waktu yang dipakai untuk menyelesaikan rangkaian gerak di dalam tempo dan dinamika.

Waktu atau tempo yang dikaitkan dengan irama menandakan berapa lama waktu untuk menari. Jika gerakan lembut atau halus penari menggunakan irama lambat dan tempo yang lama, sedangkan jika gerak yang diperagakan keras dan tegas, irama tempo yang digunakan cepat. Musik pengiring dalam tarian dibagi menjadi dua, yaitu irama diatonis dan pentatonis. Musik pengiring dengan irama diatonis contohnya musik jazz, keroncong, dangdut, dan rock. Adapun irama pentatonis contohnya irama gangsaran, irama ladrang, irama ketawang, irama ciblon, dan irama ketawang (Jawa). Namun, bukan berarti semua musik yang termasuk ke dalam irama diatonis dan pentatonis dapat dipergunakan sebagai pengiring tarian karena rangkaian gerak masing-masing memiliki karakter gerak yang berbeda-beda, seperti gerakan yang tegas atau kuat, ringan atau lincah, serta sedang.

Selain sebagai pengiring tari, irama memiliki beberapa fungsi, yaitu sebagai berikut.

1. Pengatur Waktu Pementasan

Selain sebagai pengatur waktu pementasan, irama dapat menjadi pemberi ekspresi gerak, ilusi gambaran suasana, dan merangsang munculnya gerak tari. Musik pengiring tari memiliki keistimewaan lain, yaitu menciptakan keramaian bagi yang menonton dan yang ditonton pun semakin mantap dan lebih percaya diri.

Sebagai pengatur waktu, irama dapat membuat penonton terbawa untuk melihat, mempersiapkan penari, pemusik untuk mengawali pentas tepat waktu, memberi ukuran seberapa tenaga yang dibutuhkan untuk mengawali tarian, seberapa lama waktunya, dan memberi tahu awal dimulainya pertunjukan.

2. Pemberi atau Pemertegas Gerak Ekspresi Gerak

Irama musik harus dapat menggambarkan peranan yang dibawakan, misalnya memerankan gerak burung, raksasa, gerak marah, bersedih, dan sebagainya sehingga tampak hidup.

3. Pemberi llusi atau Gambaran Suasana

Irama musik harus dapat menciptakan suasana kacau, tegang, riang, gembira, dan sebagainya sesuai yang dikehendaki.

Irama musik menurut asal suaranya dibedakan menjadi dua, yaitu musik internal dan musik eksternal. Musik internal adalah musik yang berasal dari dalam diri manusia, contohnya, tepukan tangan, siulan, entakan kaki, teriakan, suara mulut, dan lainnya. Sementara itu, musik eksternal adalah musik yang berasal dari luar manusia, misalnya suara yang dihasilkan alat-alat musik dan suara alam atau binatang.

Biasanya, dibutuhkan waktu yang lebih lama saat menggunakan irama musik internal karena harus dilakukan secara terus-menerus untuk memperoleh irama atau suara yang kompak, keras, tegas, lembut, sesuai yang diinginkan. Hal ini dilakukan untuk melihat ketepatan pengiring gerak tari, pengikat gerak tari, dan pemertegas gerak tari agar cukup memberi ilustrasi gerak tari.

1.  Irama Internal

Irama musik internal dari daerah yang satu dengan daerah lainnya berbeda-beda, misalnya pada satu daerah ada yang menggunakan pengiring tarinya dengan entakan kaki sambil membaca syair (tari suku pedalaman Irian), menggunakan beberapa tepukan pada bagian tubuhnya seperti dada, paha, pundak sambil membaca syair atau cerita dengan bahasa ibu seperti tari saman dari Aceh, yang menggunakan decakan mulut seperti tari kecak dari Bali. Penari saman selain menghafalkan rangkaian gerak tari, diwajibkan hafal syair lagunya. Syair lagu yang dinyanyikan berfungsi sebagai pengikat gerak atau petunjuk untuk memulai, berpindah, atau mengganti gerakan tariannya. Para penari tersebut harus kompak karena masing-masing individu memiliki tanggung jawab penuh dalam kelompoknya.

Musik internal sangat murah meriah dan mudah apabila dilakukan bersama-sama dan suara yang dihasilkan sebagai pengiring tari tidak kalah menariknya dengan musik eksternal. Musik yang berasal dari tubuh manusia sangat unik dan menyenangkan apalagi dilakukan bersaut-sautan sehingga nampak lebih meriah dan mengasikkan.

2 . Irama Eksternal

Irama eksternal Nusantara memiliki beraneka ragam jenis dan bentuknya sehingga alat musik terus berkembang, seperti rebana yang dipadu dengan drum dan tifa, atau musik kolintang dipadu dengan organ, ada lagi seperangkat gamelan yang ditambah dengan alat musik drum dan organ. Penggunaan alat musik yang berbeda itu dimaksudkan untuk membuat iringan musik tari lebih menarik, ramai, semarak dalam pertunjukannya.

Namun, daerah yang masih bertahan pada alat musik kedaerahannya pun masih banyak, karena ingin menjaga kelestarian budaya daerahnya, seperti musik gamelan laras pelog dan slendro dari pulau Jawa-Bali, angklung, calung dari Jawa Barat, kolintang (Minahasa), atau telempong (Minangkabau). Semuanya itu menjadi harta bangsa ini yang tak ternilai harganya dan pembeda tersebut tidak menjadi pecahnya kebersamaan dalam bernegara malahi menjadi pengikat satu kesatuan yang utuh dalam berbhinneka tunggal ika.

D.  ELEMEN DASAR TARI

Unsur utama menari adalah gerak-gerak yang digayakan untuk diperindah dengan diiringi lagu atau musik tari. Di dalamnya terdapat penggunaan elemen dasar tari, yaitu:

1. Ruang
Ruang yang diciptakan penari adalah ruang yang dibatasi oleh imajinasi penari berupa jarak yang terjauh yang dapat dijangkau oleh tangan dan kakinya dalam posisi tidak pindah tempat. Unsur ruang yang dimaksudkan sebagai unsur tari terbagi dua, yakni ruang yang diciptakan oleh penari dan ruang pentas atau ruang tempat penari melakukan gerak. Oleh karena itu, saat memperagakan rangkaian gerak yang sudah tersusun dibutuhkan ruang gerak tari, yang artinya rangkaian gerak pertama volume geraknya sedang, rangkaian gerak ke dua volume geraknya sempit, rangkaian gerak berikutnya volume gerak yang dibutuhkan lebih luas begitu seterusnya sampai selesai sesuai dengan kebutuhan. Apabila rangkaian gerak tari kelompok masing-masing penari memilliki perbedaan penggunaan ruang gerak, para penari perlu saling memperhatikan agar tidak bertabrakan.

Ruang juga merupakan salah satu unsur penunjang yang menentukan terwujudnya peragaan gerak yang tampak harmonis, karena di dalamnya terdapat arah gerak dan arah hadap penari. Untuk menentukan fokus, level, kepadatan, keleluasaan, serta desain-desain yang menarik.

Fokus adalah titik pandang penari dengan penonton sebagai titik sentralnya. Penari dapat memperkuat sentralnya dengan lengan yang merentang lurus ke depan, mata memandang tajam ke arah salah satu penonton, atau dengan sikap badan berlawanan arah pandang atau arah tangan merentang ke kanan pandangan ke kiri. Fokus biasanya dilakukan untuk mencari perhatian atau agar diperhatikan karena ad a yang menarik atau penting.

Pada tari, level adalah tingkat jangkauan gerak yang telah ditentukan dan disesuaikan dengan aturan gerak tari itu sendiri, seperti meninggi, merendah, atau sedang. Hal ini dapat memunculkan kesan dinamis ketika menari atau memperagakan rangkaian gerak dari satu gerak ke gerak berikutnya dengan arah gerak dan arah hadap yang selalu berganti, berinteraksi saling merespons, menanti, dan melengkapi.

Tingkatan level tari terbagi menjadi tiga, yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Pada level tinggi, penari melakukan gerakan meloncat sambil menggerakkan salah satu tangannya ke atas, sedangkan pada level rendah penari melakukan gerakan jengkeng atau duduk. Sementara itu, untuk level sedang, penari melakukan gerakan berdiri seperti biasa. Penggunaan level yang divariasi dari ketiga level tersebut akan menambah penampilan gerak sehingga lebih dinamis dan menarik.

Kepadatan atau density adalah penguasaan ruang ketika bermain formasi dapat simetris (seimbang) atau asimetris. Peragaan gerak tari yang dilakukan secara kelompok terkadang tidak hanya berupa satu rangkaian gerak yang sama atau berbeda, tetapi juga penguasaan ruang gerak seimbang antara kanan-kiri serta muka-belakang sehingga kesan yang diperoleh variatif dan lebih dinamis.

Keleluasaan atau ukuran (range) adalah penari dapat bergerak dengan ukuran gerak sesuai karakter gerak dan merasakan (sensing) sedih, gembira, gagah, atau marah. Ukuran rangkaian gerak yang diperagakan perlu sesuai dengan karakter gerak maskulin atau feminim, sehingga penggunaan tenaganya pun dapat disesuaikan kuat tegasnya gerak dengan penarinya.

Desain atau rancangan pada tari adalah peragaan rangkaian gerak penari saat para penari berinteraksi dalam satu kelompok kecil atau besar untuk membuat kesan menarik dengan garis-garis gerak yang dilalui sehingga tampak oleh penonton. Desain gerak atas yang ditampilkari oleh penari dilakukan dengan cara melompat, meloncat, atau dengan menggunakan properti seperti selendang, payung, atau alat lain yang melintas sesaat di udara sehingga terlihat oleh penonton. Sementara itu, desain bawah merupakan garis-garis gerak yang dilalui penari, seperti garis diagonal, horizontal, vertikal, zig-zag, spiral, dan berputar maju atau mundur.

2. Waktu di Dalam Tarian

Waktu dalam peragaan gerak tari terbagi menjadi dua, yaitu tempo dan irama gerak. Tempo gerak adalah waktu sepanjang gerak penari, sejak mulai menari sampai selesai, baik itu gerak cepat atau lambat maupun gerak bervariatif sehingga memberi irama gerak. Irama gerak adalah waktu yang dipakai untuk menyelesaikan rangkaian gerak sehubungan dengan tempo dan dinamika gerak, dari cepat ke sedang, sedang ke cepat, atau lambat ke cepat dengan tempo gerak yang berbeda sesuai karakter gerak.

Saat memperagakan rangkaian gerak tari, sangat perlu untuk diketahui bahwa rangkaian gerak yang sedikit memerlukan waktu yang dibutuhkan berbeda dengan peragaan rangkaian gerak yang panjang, temponya pun menjadi berbeda. Sebaliknya, irama gerak untuk rangkaian gerak yang cepat tentu irama geraknya berbeda dengan rangkaian gerak yang lembut berkesinambungan.

3. Tenaga dalam Menari

Tenaga bagi seorang penari sangat penting untuk mewujudkan tarian apa yang akan diperagakan. Oleh karena itu, seorang penari di saat menyajikan tari harus pandai menghemat tenaga dan harus mampu menempatkan tenaga dengan tepat, tahu kapan menambah kekuatan {power) gerak, mengurangi, dan mengakhiri dengan tegas, kuat, atau lembut. Dalam tarian, tenaga memiliki beberapa fungsi, yaitu:
  • Sebagai pengawal gerak, yaitu penari menggunakan tenaganya untuk memulai tari yang diperankan sesuai karakter gerak, dimulai dengan kekuatan gerak penuh, ringan, lembut, atau siap berpose di tempat.
  • Sebagai pengatur gerak, adalah penari mengatur tenaganya supaya bertahan lama dari awal menari sampai selesai sehingga penari tidak kehabisan tenaga di akhir peragaan tarian.
  • Sebagai penutup, yaitu penari menutup tariannya dengan tenaga yang tersisa yang sudah diatur sehingga tidak terkesan terengah-engah atau kelelahan, tetapi berakhir dengan baik dan mengesankan.
Ada beberapa faktor yang berhubungan dengan tenaga, yaitu intensitas gerak, aksen gerak, dan kualitas gerak. Intensitas gerak, adalah banyak sedikitnya tenaga yang dipakai dalam peragaan gerak tari sehingga terlihat mengalir berkesinambungan. Aksen atau tekanan adalah penggunaan tenaga yang tidak merata dalam memperagakan rangkaian gerak tari agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan kuat, lembut, cepat, dan ringan. Kualitas gerak, adalah penyaluran tenaga ke rangkaian gerak tari yang diperagakan sesuai karakter gerak (pengaturan napas) sehingga memperoleh hasil gerak yang bagus. Kualitas gerak yang diperagakan harus sesuai'dengan ketentuan, karena gaya tari tidak memandang penarinya apakah perempuan, laki-laki, kurus, atau gemuk sebab yang terpenting adalah tarian luwes atau enak dilakukan tanpa paksaan.



F. AKTIVITAS MENGEKSPLORASI GERAK TARI

Bereksplorasi mencari atau membuat gerak tari bisa melalui mendengarkan suara musik, melihat aktivitas sekitar lingkungan, dengan berbagai gerak yang digayakan, kemudian dirangkai sesuai keinginan atau tema dan karakter gerak tersebut. Lalu, gerakan tersebut dipraktikkan secara sendiri, berpasangan, atau kelompok.

Dengan mendengar berbagai aliran musik, akan muncul keinginan bergerak mengikuti irama musik tersebut dan gerak-gerak tersebut bisa diulang-ulang dan dirangkai untuk menjadi satu tarian. Selain itu, bisa juga dengan cara memperhatikan kegiatan masyarakat sekitar atau perangai binatang yang gerakannya selanjutnya digayakan, diperindah, dan dirangkai sampai menjadi satu tarian.

Gerak yang telah tersusun atau terangkai harus diperagakan berulang-ulang. Pengulangan ini dapat dimulai dengan menggunakan hitungan atau sambil menyanyi, sampai memperoleh keluwesan, sesuai dengan penggunaan ruang gerak yang bervolume sempit, luas, cukup, atau cukup dengan bergerak di tempat, berpindah tempat maju, mundur, ke samping, atau berputar. Penggunaan ruang, waktu, dan tenaga yang dikehendaki kemudian disesuaikan dengan iringan musik atau lagu yang tepat, sehingga jadilah satu tarian untuk dipentaskan.

Contoh: Gerak hasil, dirangkai dengan penggunaan ruang, waktu, dan tenaga. 

1. Peragaan rangkaian gerak tari dengan dua penari dengan pola lantai seperti berikut.


2. Peragaan rangkaian gerak tari dengan tiga penari dengan pola lantai sepertiga berikut.

3. Peragaan rangkaian gerak tari dengan empat penari dengan pola lantai seperti berikut.

4. Peragaan rangkaian gerak tari dengan lima penari dengan pola lantai seperti berikut.

Video Pembelajaran